Penjabat Bupati Iswanto Buka Workshop Penyusunan RAD Penanggulangan Pneumonia dan Diare 

ACEH BESAR – Penjabat Bupati Aceh Besar, Muhammad Iswanto membuka workshop penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) penanggulangan pneumonia dan diare. Kegiatan diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan tersebut berlangsung di Gedung Dekranasda Aceh Besar, Jumat, 6 Desember 2024.

Iswanto menyampaikan Pneumonia dan diare masih menjadi penyebab utama kematian anak pasca natal. Indonesia termasuk dalam 15 negara dengan jumlah kematian balita akibat pneumonia dan diare tertinggi. 

Menurut Laporan Perkembangan Pneumonia dan Diare pada tahun 2020 menyebutkan, bahwa terdapat 27.422 kematian akibat penyakit tersebut. 

“Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut pada paru-paru, dan penyakit ini dapat diobati jika didiagnosis sedini mungkin dan dicegah dengan imunisasi,” katanya. 

Menurut data Kesehatan Indonesia pada 2021, kata Iswanto, pneumonia dan diare masih menjadi penyebab kematian terbesar kedua dengan angka 14 persen pada anak berusia 29 hari hingga11 bulan. Angka ini meningkat dibandingkan data 2020 hanya berkisar 9,8 persen.

“Diare juga menjadi penyebab kematian nomor satu pada anak usia 12 bulan hingga 5 tahun. Dilaporkan bahwa 10,3 persen kematian pada balita disebabkan diare,” ujarnya.

Baca Juga  Tersangka Pembacokan Warga Kuta Baro Diserahkan ke Polisi

Sedangkan, data Dinas Kesehatan Aceh pada 2022 menyebutkan Pneumonia merupakan penyebab kematian balita tertinggi kedua, sedangkan diare merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga. 

“Tapi, kasus pneumonia pada balita di Aceh masih rendah, karena kita mampu memberikan pelayanan standar kepada masyarakat,” tutur Iswanto. 

Muhammad Iswanto menyebutkan, pada 2023 Kementerian Kesehatan Indonesia meluncurkan Rencana Aksi Nasional 2023-2030 untuk Pneumonia dan Diare. 

Sedang Pemerintah Kabupaten Aceh Besar saat ini sudah bekerja sama dengan Unicef dan Universitas Syiah Kuala (USK)  untuk menyusun RAD mengenai kasus pneumonia dan diare. 

“Rencana ini menyatukan layanan dan intervensi penting menciptakan lingkungan sehat, mempromosikan praktik melindungi anak-anak dari penyakit, serta memastikan setiap anak memiliki akses pada tindakan pencegahan dan pengobatan yang tepat,” sebutnya. 

Muhammad Iswanto berharap kepada seluruh peserta berkontribusi secara aktif dalam penyelesaian RAD Pneumonia dan Diare ini. 

Baca Juga  Rektor Unimal Pastikan Tidak Ada Kenaikan UKT

Sedangkan Dinas Kesehatan yang merupakan ujung tombak pemegang data, juga diharapkan bekerja sama dalam memberikan data sesuai dengan kebutuhan penyusunan RAD, karena draft RAD harus sudah di upload paling lambat 23 Desember 2024. 

“Mohon kerja sama semuanya agar penyelesaian draft RAD ini dapat diselesaikan tepat waktu, juga saya ucapkan terimakasih kepada Unicef dan USK yang telah mendukung dalam penyusunan RAD ini, semoga sesuai tujuan diharapkan,” harap Iswanto. 

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Aceh Besar, Anita mengungkapkan sejak 2023 pneumonia di Aceh Besar sebanyak 321 kasus dan 2024 sebanyak 332 kasus. 

Sedangkan untuk Diare pada 2023 sebanyak 3511 kasus, sementara di 2024 sebanyak 2567 kasus. 

“Alhamdulillah, kasus pneumonia dan diare di Aceh Besar masih tergolong rendah, sehingga diperlukan upaya-upaya lebih optimal dan serta dukungan lintas sektor terkait agar dapat dilaksanakan pencegahan dan penanggulangannya,” imbuhnya. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *