
Lhokseumawe | Fokusinspirasi.com – Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe melaksanakan kegiatan nonton bersama dan diskusi soal film lemah kuasa di tanah negara.
Ketua Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh, Munandar mengatakan, FJL Aceh sejak seminggu yang lalu telah melakukan kunjungan daerah untuk pemutaran film lemah kuasa di tanah negara.
“Pemutaran film ini telah dilakukan di Bener Meriah, Aceh Timur, dan malam ini di Lhokseumawe,” kata Munandar kepada awak media, Minggu, 15 Desember 2024.
Munandar menyebutkan, dalam film yang berdurasi 22 menit tersebut menjelaskan tentang isu kerusakan hutan adat dan hutan lindung, termasuk hutan yang ada di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) oleh orang yang tidak bertanggung jawab, hingga menyebabkan bencana banjir salah satunya.
Lanjutnya, alasan pemutaran film ini agar masyarakat dapat melihat langsung kondisi hutan yang ada di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang sangat memprihatinkan.
“Dan kita harus menyelematkan lingkungan kita, dari film ini kita juga dapat memberikan efek untuk kita bahwasanya di Lhokseumawe dan Aceh Utara yang sering terjadinya banjir,” sebutnya
Kata Munandar, dengan pemutaran film diharapkan hutan dapat dijaga bersama-sama, lantaran satu pohon kayu yang ada di hutan sangat bermamfaat untuk manusia.
“Apalagi kita hidup berdampingan dengan alam, jadi ketika hutan tidak ada, banyak dampak yang terjadi salah satunya banjir,” imbuhnya
Ketua AJI Lhokseumawe, Zikri Maulana, mengatakan, dalam kegiatan nonton bareng dan diskusi film lemah kuasa di tanah negara, banyak pertanyaan dari para peserta baik itu dari mahasiswa maupun jurnalis.
“Terutama film ini sangat berdampak bagi masyarakat dan pemangku kepentingan,” katanya
Lanjut Zikri, pada 2022 lalu di Aceh Tamiang sendiri pernah terjadi banjir parah selama dua minggu hingga melumpuhkan jalan lintas nasional beberapa hari. Hal itu terjadi akibat dari perambahan hutan di kawasan Leuser.
Lanjutnya, namun banjir itu tidak hanya terjadi di Aceh Tamiang, sama hal nya di Aceh Utara yang sering kali terjadinya banjir dan belum adanya solusi ataupun langkah konkret untuk mengatasi banjir.
“Masyarakat yang terus mengeluh ketika banjir bukan hanya perlu mie instan, tetapi langkah kongkret agar banjir tidak terjadi lagi,” sebutnya
Sementara itu, Anggota DPRK Lhokseumawe, Farhan Zuhri juga mengatakan, film ini sangat positif dan patut di apresiasi. Adanya film ini semoga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menilai lingkungan secara komprehensif.
“Film ini dampaknya besar, dan pemerintah bisa konservasi lebih besar terhadap TNGL,” kata Farhan.
Lanjut Farhan, sebenarnya dengan teritorial Lhokseumawe yang hanya empat kecamatan, dan tidak ada wilayah lingkungan hutan, namun tetap harus menjaga lingkungan.
“Agar tidak memberikan dampak seperti banjir dan lainnya, semoga dengan film ini juga bisa meningkatkan kesadaran kita dalam menjaga lingkungan,” imbuhnya